Psychology for better life

KACA: Nonton Bokep Aaaaahh…Tapi…?

March 21st, 2008 Posted in General

04/03/2008 09:54:14

www.kr.co.id

BEBERAPA anak laki-laki berkerumun di belakang kelas. Salah satu dari mereka memegang handphone barunya yang sedang nge-trend di kalangan masyarakat middle-up. Tetapi jangan dikira si anak tadi memamerkan hp barunya. Tidak sama sekali. Yang ia lakukan adalah menunjukkan video porno yang ada dalam hp-nya. Hal ini membuktikan bahwa belakangan ini peredaran video porno di kalangan pelajar amat sangat marak.

Video porno memang bukan hal aneh dan asing lagi bagi sebagian besar remaja. “Wajarlah umur-umur segini,” ucap Indra. Terbukti dengan hasil survei terhadap 18 responden yang dilakukan tim Kaca, 100% responden mengaku pernah melihat video porno. “Rasa ingin tahu yang besar memang normal, tapi penyalurannya kan harus dipertimbangkan,” kata psikolog Sutarimah Ampuni SPsi, MSi, MPsych.

 

Para responden menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda saat ditanyai kapan pertamakali melihat bokep. Salah seorang responden mengatakan ia melihat bokep pertamakali kelas 3 SMP. Beberapa yang lain menjawab kelas 2 SMA, 1 SMA, dan sebagian lainnya menjawab “lupa”.

Beberapa responden yang kami jadikan narasumber ternyata menonton video porno dengan motivasi yang berbeda. Seorang responden, sebut saja Dono, menyatakan nonton video porno dengan alasan naluri lelaki. Alasan beberapa responden lain hampir sama, yaitu rasa ingin tahu dan sex education. Namun ada juga yang melihat video porno secara tidak sengaja, seperti yang dialami oleh Maman (nama samaran). Awalnya Maman disodori HP milik temannya, sang teman itu bilang kalau ada game bagus. Maman terima saja HP itu karena memang maniak game. Tapi setelah ia melihat ke layar HP tersebut, ia’iu’, terlihatlah adegan yang piiip (sensor-red). Tahu hal yang ditontonnya bukanlah adegan halal, maka ia tidak melanjutkan menonton adegan tersebut.

Lain orang lain pengalaman. Sebut saja Mawar memiliki pengalaman unik. Saat itu ia baru saja memasuki rumah tetangganya untuk bermain. Tiba-tiba ia melihat tetangganya sedang melihat video porno. Saat itu juga Mawar merasa mual dan hendak meninggalkan rumah tetangganya tersebut. Namun malang baginya, sang tetangga malah meminta dia agar jangan keluar. Alasan sang tetangga takut ketahuan sedang melihat video porno. Sedangkan teman Mawar, Melati, mengaku dia diajak nonton sesuatu oleh temannya. Karena tidak tahu, Melati menurut saja. Tiba-tiba……..”Aaaaaaarrrghhh…” Melati menjerit. Teman-temannya langsung menyuruhnya diam agar tidak ketahuan.

Menarik untuk dicermati, hampir seluruh responden selalu menonton video porno dengan sembunyi-sembunyi. Ini membuktikan mereka tahu kalau sesungguhnya video porno itu dilarang. Namun agaknya, bisikan setan lebih kuat daripada bisikan hati. “Daripada penasaran.” kata seorang responden. Tapi sepintar apapun kita menyimpan mayat, baunya akan tercium juga. Begitu pula mereka. Seorang narasumber, sebut saja Raja, pernah ketahuan orangtuanya saat dia sedang melihat porno-vid. Namun agaknya Raja tak mau menjelaskan apa yang terjadi setelah itu.

Sebenarnya, banyak efek negatif dari kegiatan haram ini. Menurut Raja, efeknya kecanduan. Selain itu otak akan dipenuhi pikiran-pikiran mesum. Namun banyak responden lain yang mengatakan bahwa kecanduan atau tidak, tergantung orangnya. Efek lain yang disebutkan beberapa responden yang berbeda adalah ingin cepat menikah, agak menjadi horny, sulit mengendalikan hawa nafsu, rasa penasaran hilang, puas, serta tidak bisa tidur. Menurut beberapa narasumber, mereka tidak bisa konsentrasi belajar karena “kepikiran”. Namun beberapa yang lainnya menyebutkan bahwa melihat video porno tidak berpengaruh terhadap kegiatan belajar mereka.

Ada kejadian lucu yang dialami seorang narasumber. Saat itu dia dan temannya sedang berada di warnet dalam bilik yang berbeda. Tiba-tiba sang teman datang menghampirinya dengan raut muka panik. “Bejo bejo, tolongin aku.” kata si teman. Bejo dan temannya segera menuju bilik tempat di mana si teman nge-net. Ternyata…teman Bejo tadi sedang melihat video porno tapi tiba-tiba komputernya hang. Tak ada yang bisa mereka lakukan. Lagipula si teman merasa malu memanggil operator. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya mereka merasa malu jika di ketahui orang lain. Ketika ditanya lebih lanjut, dia berkata, “Udah deh. Risih aku.”

Sebenarnya mereka tahu, perilaku mereka nonton bokep adalah salah. Seorang responden, sebut saja Bendol, berkata “Kalau dipandang dari segi agama, emang nggak banget. Cuma maklum kok, kalau hanya coba-coba,” jawab mereka. “Karena kan itu indikasi dari rasa ingin tahu, yang penting nggak disalurin ke yang aneh-aneh!” lanjut Bendol. “Lagian asyik kok! Sambil mupeng-mupeng gitu!” sambung Momo sambil tertawa.

Bendol dan Momo sebut saja kawan kita yang tak mau disebut nama aslinya adalah contoh korban dan pecandu video porno. Ketika ditanyai tentang teman nonton, mereka bilang lebih suka nonton sendiri daripada bersama teman-temannya. “Kan lebih asyik sendiri! Bebas!!!” alasan Momo. Bendol pun mengaku punya simpanan VCD bokep di rumahnya. Untuk efek belajar sendiri mereka sering terganggu, misalnya mereka lebih sering berfantasi masalah itu saat sedang melamun! Bahkan Bendol mengaku udah masturbasi dan sering berpikir bahwa dia sedang melakukannya.

Sebenarnya mereka mengaku ingin berhenti dan bertaubat. “Tapi kalo orang mau tobat emang ada-ada aja godaannya. Misalnya udah berhenti lama tiba-tiba ada temen yang ngajakin nonton jadi ketagihan lagi deh!” ucap Bendol yakin.

Efek seperti yang diungkap oleh beberapa narasumber bahwa video porno menyebabkan kecanduan memang benar. Hal ini juga didukung oleh pernyataan psikolog Sutarimah Ampuni, SPsi, MSi, MPsych. “Memang yang namanya sex itu aditif. Semua orang pasti punya apalagi ditambah rasa ingin tahu (bagi remaja-red), setelah melihat ingin melihat lagi. Sama halnya dengan narkoba.” Maka dianjurkan oleh beliau agar tidak mencoba melihat bokep.
(Jihan/Swastika/Basit)-g


  1. 2 Responses to “KACA: Nonton Bokep Aaaaahh…Tapi…?”

  2. By om kus on Jan 23, 2009

    begitulah ……… emang harus ada pantauan dari semua pihak agar tidak mudah sekali untuk mendapatkan film2 tersebut, apalagi anak yang baru ingin mencari jati diri…. sehingga memilih jati diri yang salah…
    moga2 peran orang tua yang lebih dominan dapat memperbaiki hal tersebut dan tentunya dibantu pihak-pihak yang emang bertujuan untuk memperbaiki anak-anak bangsa. terima kasih say sampaikan kepada narasumber yang peduli akan kerusakan anak bangsa, semoga selalu diberikan curahan ilmu agar dapat memperbaiki kerusakan anak bangsa ini. salam perbaikan anak bangsa.

  3. By online on Dec 30, 2009

    sangat menarik, terima kasih

Post a Comment